Thursday, March 27, 2008

Wisata Tapsel yang Nyaris “Keok”

Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) secara umum dikenal sebagai wilayah pertanian. Beriklim tropis dan Gunung Sibual-buali sebagai penanda khas lainnya. Pun demikian, daerah penghasil buah salak ini ternyata juga kaya potensi pariwisata. Bukan hanya dilirik lewat potret alamnya, tapi juga lukisan peninggalan sejarah yang menceritakan sejarah kebudayaannya.

Sektor pariwisata Tapsel sebenarnya cukup petensial. Hanya saja potensi ini masih membutuhkan perhatian khusus. Pasalnya, hampir seluruh potensi ini belum mampu memberi kontribusi signfikan terhadap sektor perekonomian untuk menggenjot pendapatan asli daerah. Padahal jika dilihat dari jumlah potensi wisata yang ada, bukan tidak mungkin sektor ini akan menjadi sektor andalan selain sektor pertanian. Lantas, apa pasal sehingga potensi pariwisata Tapsel hingga kini sepertinya masih berjalan di tempat?

Lagi-lagi persoalannya adalah anggaran pemerintah yang minim. Ternyata persoalan ini bukan hanya menimpa daerah-daerah wisata lainnya seperti Danau Toba dan beberapa objek wisata lain yang ada di Kabupaten Samosir. Nyatanya hal ini juga menjadi kendala utama di Kabupeten Tapsel yang dua unit wilayahnya kini terpisah dan menjadi wilayah otonom (Kota Padangsidimpuan dan Kabupaten Mandailing Natal), sejak fajar otonomi mulai merekah sejak tahun 1999 seiring dengan terbitnya Undang-Undang nomor 22 Tahun 1999 oleh Presiden Megawati Soekarnoputri.

Tapsel, meskipun demikian jika berbicara mengenai potensi di sektor pariwisata, dibanding kedua wilayah yang kini terpisah itu, masih lebih unggul dan lebih potensial. Tapsel memiliki keunikan dan potensi nilai jual lebih didukung dengan banyaknya objek wisata yang tersebar di hampir setiap kecamatan. Sebagai contoh, adanya peninggalan sejarah purbakala berupa candi di Kecamatan Portibi, adanya tiga buah danau, pemandian-pemandian alami, dan wisata alam, wisata budaya seperti kerukunan antar umat beragama di Kecamata Sipirok, dan akhirnya buah salak yang rasanya manis yang dapat dijadikan sebagai salah satu pendukung bisnis pariwisata, meskipun hampir di kedua wilayah lainnya buah ini juga tersedia.

Sedapatnya, ada 11 lokasi wisata tersebar di kabupaten dengan 28 kecamatan ini. Sedikitnya terdapat tiga danau: Danau Tao berada di Desa Batang Onang Baru Kecamatan Batang Onang; Danau Siais berada di Desa Rianiate Kecamatan Padangsidimpuan Barat serta Danau Marsabut berada di Desa Bunga Bondar Kecamatan Sipirok.

Selain itu terdapat objek wisata pemandian alam seperti Pemandian Parsariran, Desa Hapesong Kecamatan Batang Toru; Pemandian Aek Sijorni di Desa Aek Libung Kecamatan Sayur Matinggi; Air Terjun Simarpinggan di Desa Napa Kecamatan Siais; Air Terjun (Sampuran) Damparan di Desa Damparan Kecamatan Saipar Dolok Hole dan Air Terjun Napitu berada pada Desa Berastagi berada Di Kecamatan Saipar Dolok Hole.

Namun yang paling disayangkan adalah keberadaan peninggalan sejarah berupa candi purbakala yang kian waktu kian terpuruk kelestariannya. Padahal, berdasarkan fakta sejarah yang telah ada, candi-candi ini merupakan catatan sejarah kebudayaan yang pernah singgah di sini. Konon, candi ini dibangun oleh orang-orang kebudayaan Hindia Belakang yang hidup berabad-abad yang lalu. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan, candi-candi atau situs ini menunjukkan sejarah kebudayaan agama Hindu yang pernah berkembang lama. Semisal, Candi Bahal I, II, III di Desa Bahal Kecamatan Portibi dan Candi Sipamutung di Desa Siparau Kecamatan Barumun Tengah yang sebagian puing-puingnya hilang “ditelan” orang-orang jahil dan tidak bertanggungjawab.

Objek wisata lainnya adalah lokasi arung jeram Sungai Batang Toru Kecamatan Batang Toru yang merupakan arena potensial untuk even tingkat nasional. Dan Pantai Muara Opu berada di Desa Rianiate Kecamatan Padangsidimpuan Barat, yang cukup potensial wisata dan kampung nelayan dan objek wisata Tor Simago-mago berada pada Desa Huta Baru Kecamatan Sipirok yang merupakan pengembangan wisata alam.

Hal yang memperkaya potensi ini juga disertai dengan adanya peninggalan situs-situs perjuangan kemerdekaan seperti Monumen Benteng Huraba di Desa Huraba Kecamatan Batang Angkola yang merupakan peninggalan pada masa kemerdekaan RI. Monumem perang Gurilla yang dapat dijadikan sebagai objek penelitian maupun bahan pelajaran bagi siswa.

Minim Promosi


Minimnya dana pengaruhi geliat dunia pariwisata Tanah Air, sudah menjadi persoalan klasik. Persoalan ini sekaligus menjadi persolan di sektor pembangunan lainnya. Namun benarkah kiat promosi pemerintah setempat dapat menjadi pemicu berkembangnya sektor ini?

Kadis Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan Drs H A Ibrahim Harahap mengatakan, sejauh ini objek wisata Tapsel banyak yang samasekali tidak diketahui publik sebagai akibat kurangnya publikasi. Namun yang menjadi persoalan mendasar pun dikarenakan kurangya perhatian pemerintah terhadap sektor ini.

“Tapsel sebenarnya memiliki banyak objek wisata yang potensial untuk dikembangkan. Memang selama ini, objek-objek wisata ini masih dikelola oleh pihak swasta. Padahal, jika ini didukung dengan perhatian yang serius pemerintah dengan kebijakan kepala daerah, sektor ini bukan tidak mungkin akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan perekonomian daerah,” ujarnya kepada Tonggo Press (TP) baru-baru ini.

Menurutnya, selama ini kebijakan-kebijakan pembangunan Kabupeten Tapsel tidak pernah difokuskan dengan serius di sektor pariwisata. Hal ini dibuktikan dengan minimnya anggaran yang dikucurkan dari APBD setiap tahunnya. Jika dibandingkan dengan anggaran yang dikucurkan terhadap sektor lain, anggara untuk untuk sektor pariwisata sangatlah tidak mendukung. Akibatnya, sektor ini seperti berjalan di tempat, tanpa memberikan kontribusi penting terhadap pendapatan asli daerah (PAD).

Hal ini tidak ditepis Drs Chandra Nasution, selaku Kasubdis Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tapsel. Dijelaskannya, potensi pariwisata cukup besar dan sangat bernilai. Mengapa demikian? Kata Nasution, potensi wisata Tapsel selain memiliki nilai panorama keindahan alam juga diperkaya oleh nilai-nilai historis seperti situs-situs candi purbakala yang menyerupai candi-candi yang ada di Jawa. “Sayang baru saat ini pemerintah kabupaten mulai melirik sektor ini,” katanya. Akibat minimnya perhatian pemerintah pada masa-masa sebelumnya, beberapa potesni wisata itu seperti diam di tempat, bahkan keberadaan candi-candi purbakala yang ada di Kecamatan Portibi kian waktu menjadi rusak kelestariannya akibat minimnya perawatan sebagai dampak dari minimnya anggaran.

Namun selain itu, Nasution juga menyesalkan rendahnya SDM aparat yang bekerja di dinasnya, ditambah dengan rendahya keseriusan staffnya dalam bekerja. “Untuk hal ini, sangat dibutuhkan orang-orang yang kreatif dan rajin. Walaupun seandainya anggaran pemerintah untuk sektor pariwisata besar, saya yakin jika SDM-nya lemah, toh hal yang sama juga akan terjadi: mandek..!,” katannya tegas.

“Mengapa demikian? Ya, itu juga yang menjadi persoalan mengapa negara kita ini juga tetap seperti ini, tidak maju. Persolannya, penerapan pola ‘right man on the rihgt place’ yang belum tercapai. Dan jika kita optimis untuk maju dalam segala bidang, maka kita pun harus optims untuk menerapkan prinsip ini, kenapa tidak?,” ujarnya bersemangat. “Seharusnya orang-orang yang bekarja di sini adalah orang-orang yang mengerti seni, mengerti budaya dan memahami arti pariwisata dari sudut pandang yang luas. Kenyataanya, staff yang bekerja di sini tidak sepenuh hati bekerja karena pada dasarnya mereka tidak menyukai pekerjaannya dan tidak memahami apa yang sedang mereka kerjakan,” tambahnya.

Selanjutnya dijelaskan Harahap, untuk masa yang akan datang ia optimis perkembangan sektor pariwisata Tapsel akan bekembang seiring dengan adanya kebijakan dan perhatian serius oleh pemeritah pada akhir-akhir ini. “Kita berharap dengan mulai adanya perhatian yang cukup seius dari Bupati Ongku P Hasibuan yang mulai melirik keberadaan potensi pariwisata Tapsel yang ternyata menjanjikan, geliat dunia pariwisata tidak lagi seperti berjalan di tempat dan dapat dijadikan sebagai lokasi alternatif utama di Sumatera Utara bagi para wisatawan luar daerah maupun mancanegara,” ujarnya.

Dikatakannya, Danau Sias merupakan salah satu objek wisata yang saat ini sedang diprioritaskan sebagai daerah perkemahan yang eksotis. Sejauh ini kendala yang dihadapi para pelancong sendiri menuju danau yang terdapat di Desa Rianiate ini adalah akses tempuh yang tidak mendukung. Untuk itu, kata Harahap, sejak awal Februari 2006 pembenahan infrastruktur berupa akses jalan telah dimulai dilaksanakan yang kemudian akan disusul dengan pembenahan penunjang lainnya seperti shelter-shelter penginapan, sarana hiburan pendukung, dan tempat ibadah. “Kami telah memprioritaskan kelak Danau Siais akan menjadi lokasi Jambore Pramuka sebab kondisi alamnya yang memungkinkan,” tambahya.

“Akses jalan menuju Danau Siais memang menjadi kendala. Jarakya sekitar 60 kilometer dari Kota Padangsidimpuan. Bayangkan, dengan kenderaan dengan gardan dua saja masih kewalahan untuk sampai ke sana. Nah, saat ini kita memprioritaskan akses jalan dulu, selanjutnya kita akan membenahi fasilitas lainnya sekaligus realisasi agar Danau Sias dapat dialokasikan sebagai bumi perkemahan Pramuka kedua setelah Sibolangit, meskipun saat ini draffnya telah didesain,” katanya. Dijelaskannya, proyek pembangunan akan selesai pada September 2006.

Memang, sebelumnya akses jalan menuju Danau Sias pernah dengan mudah ditempuh sebab pada saat itu kondisi jalan masih cukup baik walaupun ukuranya sempit. Namun beberapa lama kemudian, kondisi jalan yang dulunya dapat dilalui kendaraan dengan mulus, lambat laun rusak parah akibat seringnya dilalui truk-truk pengangkut kayu bertonase berat berlebihan dan tidak seimbang dengan kondisi jalan.

Kondisi objek wisata lainnya, seperti keberadaan objek wisata pemandian Aek Sijorni (Air yang Jernih) misalnya, masih tetap belum berdampak besar. Fasilitas yang ada pun masih ala kadarnya. Padahal, lokasi ini cukup potensial didukung kondisi alamya yang masih asli. Hal serupa juga terjadi dengan objek wisata lain, seperti Peandian Air Terjun Simarpinggan di Desa Napa Kecamatan Siais dan beberapa objek wisata lainnya.

“Meskipun demikian, hampir seluruh objek wisata Tapsel masih belum dapat dibenahi dengan maksimal, namun setidakya pemerintah telah memulai dari sekarang. Dan kita yakin, ke depan sektor ini akan menjadi sektor pendukung signifikan untuk menggenjot pendapatan daerah,” demikian Harahap menjelaskan, setidaknya pembangunan dan pembenahan sektor pariwisata Tapsel telah dimulai, meski selama ini disinyalir terlambat.

Siamang yang Membangunkan Tidur

Jika ada yang bertanya: “Di manakah kini dapat terdengar suara lantang siamang yang bisa membangunkan tidur di pagi hari, kicau burung-burung di antara ranting dan dedaunan, desis udara segar yang menjadi penyejuk tubuh. Tentu saja, di pagi yang indah dengan secangkir teh panas. Mungkin?”, sewajaranya kita akan kerepotan mencari di mana lokasi itu. Mungkin juga perasaan skeptis seketika muncul,” apakah masih ada tempat seperti itu, ya …?”.

Wajar saja jika pertanyaan itu sedikit membuat kita kerepotan mencari di mana lokasi itu berada. Realitas mengatakan, ketika arus modernisasi dan era industrialisasi serta hiruk pikuk polusi udara kini hampir merajalela di setiap sudut kehidupan urban, suasana seperti itu sudah menjadi sesuatu yang langka dan bernilai ekslusif.

Jangan bingung, sebab lokasi yang sanggup mewujudkan impian itu ternyata masih ada di sekitar Anda. Di Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) mimpi itu akan menjadi kenyataan. Wilayah beriklim tropis ini dikenal dengan tofografi berbukit-bukit. Hembusan udara dari antara hutan pinus dan alam terbuka dapat dirasakan sepanjang waktu.

Kecamatan Sipirok merupakan wilayah jalan lintas trans Sumatera yang wajib dilalui jika melakukan perjalanan Inilah yang menjadi keunikannya. Dengan keberadaan Hotel Tour Sibohi Intenasional yang berdiri di atas lahan dengan tofografi berbukit serta dikelilingi pepohonan pinus yang menyebarkan aroma alami menyejukkan, pengalaman langka ini dapat dinikmati. “Inilah yang menjadi daya tarik daerah Sipirok selain dikenal dengan kerukunan antar umat beragamanya,” kata salah seorang sumber.

Diperkirakan di hutan belantara kawasan antara Gunung Sibual-buali – Sipirok – Batang Toru – Pahae – terdapat sekitar 300 ekor siamang. Pada waktu-waktu tertentu di pagi hari para siamang akan mengeluarkan suara khasnya. Selain itu, juga terdapat 99 jenis tanaman anggrek di simpag Desa Hutaraja Kecamatan Sipirok yang letaknya sangat dekat lokasi hotel.

Hotel Tour Sibohi sendiri berjarak sangat dekat dengan lokasi kawasan hutan pinus di mana para siamang menunjukkan dirinya bergelantungan di antara pepohonan. Jaraknya sekitar 2 kilometer dari pusat Kota Sipirok. Di sini Anda akan menghabiskan malam peristirahatan jika ingin ingin melanjutkan perjalanan darat dari Medan menuju Kota Padangsidimpuan, Bukit Tinggi atau sebaliknya.

Suara siamang, kicau burung, dan desis udara yang saling bersentuhan di antara dedaunan sudah akan membangunkan tidur Anda di pagi hari. Ini menjadi semacam daya tarik bagi pecinta alam. Bagi mereka yang telah disibukkan oleh rutinitas kehidupan industrialisasi dan pola hidup modern dengan teknologi yang serba tentu tidak alami, hal semacam ini menjadi “hal aneh” sekaligus bernilai eksklusif dan menjual.

Di Kecamatan Siprok terdapat beberapa objek wisata yang juga didukung dengan panganan khas kerupuk “sambal teruma” berharga ekonomis berasa renyah. Objek wisata itu antara lain, pemandian Aek Milas (Air panas) di Desa Huta Baru, pemandian air panas alami ini bersumber dari pegunungan, Danau Marsabut di Desa Bunga Bandar Monumen Perang Gurilla dan Tor Simago-mago (Puncak Bukit) dan Gunung Merapi Sibual-buali serta Bagas Godang (rumah adat) Desa Bunga Bondar dan terdapat di Desa Menuju Wisata, yang memiliki desain bangunan khas.

Selain itu, Sipirok juga terkenal rukun dalam menjalankan ajaran agamanya masing-masing. “Ini sudah berlangsung lama dan bahkan sebelumnya pernah menjadi kajian di bidang sosial oleh seorang peneliti dari Amerika. Adat-istiadat telah menyatukan mereka,” kata Kadis Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan Drs H A Ibrahim Harahap.

Kongkritnya, kerukunan dapat dilihat dari pola hidup sehari-hari. Semisal, dalam perayaan hari besar agama masing-masing, mereka duduk bersama dan makan bersama. Tentu saja dengan saling menghormati ajaran agama masing-masing. Tak heran jika rumah ibadat pun berdiri ibarat sahabat yang duduk sejajar tanpa perselisihan. Demikian juga dengan masyarakatnya yang telah menjadi satu. Ikatan marga yang kuat seakan-akan tali pengikat yang tak bisa terputus. Semoga menjadi teladan.

Danau Siais Tawarkan Bumi Kemah Eksotis


Danau Siais merupakan salah satu objek alam Tapsel yang cukup potensial untuk dijadikan sebagai objek wisata. Terletak di Desa Rianiate Kecamatan Padangsidimpuan Barat atau sekitar 60 kilometer dari pusat Kota Padangsidimpuan.

Danau Siais identik dengan panorama alamnya yang masih “perawan” dan memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Hanya saja, selama ini potensinya belum mampu memberikan nilai besar baik bagi kehidupan perekonomian akibat pengeloaan yang belum maksimal.

Secara geografis lokasi Danau Siais berdekatan Sungai Batangtoru. Bahkan, keduanya dihubungkan dengan aliran anak sungai yang mengalir menuju danau. Dengan demikian, dengan sendirinya ikan-ikan yang hidup di Sungai Batang Toru bebas keluar masuk menuju Danau Siais. Dan tak mengherankan jika di Danau Siais banyak terdapat ikan jurung (dalam bahasa Tapsel: mera). Keunikan lain Danau Siais, selain panorama alamnya, adalah terdapatnya sejenis ikan menyerupai ikan teri yang hidup sepanjang tahun.

Konon, di tepi danau ini, tepatnya di sekitar Desa Riaiate hidup beberapa kawanan ikan jurung yang menurut masyarakat setempat, tidak diperbolehkan untuk ditangkap. “Masyarakat menganggap, ikan-ikan berukuran besar ini “hidup” layaknya manusia yang hidup bersama dengan mereka,” jelas Kadis Perhubungan, Pariwisata dan Kebudayaan Drs H A Ibrahim Harahap.

Danau Sias merupakan salah satu objek alam Tapsel yang saat menjadi prioritas sebagai daerah perkemahan yang eksotis. Sesuai rencana, Lokasi sekitar Danau Siais akan dijadikan sebagai lokasi Jambore Pramuka sebab kondisi alamnya yang memungkinkan. Di lokasi perkemahan ini juga akan dibangun sarana pelaksanaan upacara bendera, penginapan serta penginapan.

Meskipun sejauh ini kendala yang dihadapi Danau Siais adalah akses tempuh yang tidak mendukung. Namun sejauh ini pemerintah optimis lokasi wisata Danau Siais akan menunjukkan gaungnya sebagai lokasi wisata alternatif kedua di Sumatera Utara setelah Danau Toba.

2 comments:

Unknown said...

Mantap kali tulisan abang ini ...
jadi ingat kampung halaman. sidimpuan tunggulah aku ....
http://regama2008.wordpress.com/

ompung kirrik said...

Terimakasih atas tulisannya yg begitu kaya akan informasi sekitar potensi wisata alam di kab. tapsel, tulisan2 seperti ini sangatlah berguna bagi masyarakat luas untuk mengetahui potensi wisata nasional dan bagi masyarakat daerah(khususnya putra/putri daerah) agar lebih mencintai dan peduli daerahnya dan kepada pemda setempat agar lebih memperhatikan dan memprioritaskan pembangunan sarana infrastruktur di daerahnya sehingga potensi wisata alam yang begitu luar biasa dapat dioptimalkan memberikan sumbangan PAD asli daerah, jangan pemda hanya bisanya mengemis ke pemerintah pusat untuk mendapatkan bantuan untuk membangun daerahnya, lebih baik kembangkan kreatifitas didukung kearifan lokal yang begitu kaya ajak semua lapisan golongan masyarakat di daerah tanpa diskriminasi untuk bersama-sama membangun kab. tapsel yang indah permai.
Sekali lagi saya ucapkan terimakasih atas tulisan anda, maju terus, buat tulisan/ berita yang dapat mendorong percepatan pembangunan di kab. tapsel dan sekitarnya.
Horas tondi madingin, pir tondi matogu.
Sidimpuan "Salumpat saindege"
ompung kirrik - par gg. manggis